Aulia Advertising Biro Iklan Telp 021 93476893, 0813 8468 1151

Jumat, 14 Februari 2014

Ambulan Masjid Agung Al Mujahidin Pamulang

 Ambulan Masjid Agung Al Mujahidin Siap Beroperasi Melayani Selama 24 Jam

Masjid Agung Al Mujahidin Pamulang Melayani Layanan antar zenajah ke peristirahatan terakhir. Keluarga yang menginginkan saudaranya dimakamkan ke daerah asal  Jabodetabek, pulau jawa,  medura, sumatera, dll seperti ke solo,  semarang, wono giri,surabaya, magetan, malang, lampung,dll Bisa Langsung Datang Ke Masjid Agung Al Mujahidin, Jalan Siliwangi No 2 Pamulang, Tangsel. Telp. 7430833, 0813 1745 9213

Ada Ungkapan Seperti Ucapan Ibu adalah Ucapan Allah SWT.



Ada Ungkapan Seperti Ucapan Ibu adalah Ucapan Allah SWT, kenapa karena Surga adalah di bawah telapak kaki ibu, ini ungkapan implisit (tersirat).

Secara eksplisit salah satunya bahwa
"Ucapan Ibu adalah Ucapan Tuhan", dan saya meyakini hal itu.

Setiap ibu pasti mendoakan yang terbaik untuk anaknya.
Persoalannya, yang dikabulkan Allah SWT adalah "apa yang DIRASAKAN ibu", bukan "apa yang diinginkan ibu".
 Karena "doa sesungguhnya" seorangi manusia adalah apa yg muncul/ada dihatinya (yg dia rasakan, bukan yg dia pikirkan/inginkan. Bukan yg terucap di mulut, tetapi yg terasa di hati).
Allah SWT selalu mengabulkan doa tsb (yg ada ada di hati manusia), diminta maupun tidak diminta. 

Ketika seorang ibu berdoa yang indah-indah untuk kebahagiaan anaknya. Namun pada saat yang sama, hati ibu tsb merasa sedih karena tindakan anaknya. Maka perasaan sedih itulah yang dikabulkan Allah SWT, bukan doa ibu yang indah-indah tsb.

Apapun yang hadir dalam perasaan ibu, itu merupakan doa ibu, dan sesuai janji Allah akan mengabulkannya dan menjadikannya kenyataan.

Tugas kita sebagai anak, sangat sederhana yaitu "bahagiakanlah ibu".
Bagaimana membahagiakan ibu ? Dengan cara, penuhilah harapan ibu kepada kita.

Sebagai anak, kita harus berusaha untuk selalu sesuai dengan "harapan ibu".
Begitu tindakan kita, perilaku kita, usaha keras kita, dsb, telah sesuai dng harapan ibu. Maka "apa yang dirasakan ibu adalah RASA bahagia, syukur, keberhasilan, dsb".
Semua rasa itu adalah doa terbaik dan dikabulkan berilipat-lipat oleh Allah SWT untuk kita.

Bagaimana kalau ibu sudah meninggal dunia ? Tetap sama saja, tentunya kita masih ingat apa saja harapan ibu kepada kita. Berusahalah memenuhi harapan itu.

Bagi yang ibunya masih hidup, anda dapat segera bertanya kembali dan memastikan, apa saja harapan ibu kepada kita.
Kemudian berusahalah memenuhi harapan itu.
Tunjukkan pada ibu, bahwa anda berusaha keras memenuhi harapan ibu.

Seandainya dengan usaha keras tadi anda masih belum memenuhi harapannya, maka tidak masalah, karena ibu tentunya akan merasa bahagia melihat usaha keras anda tsb.
Perasaan bahagia ibu itulah yang kita kejar, dan yang akan memudahkan jalan hidup kita untuk mencapai bahagia dunia akherat.

Selamat berusaha memenuhi harapan ibu.

Makna BAIK dan BURUK dalam Islam



Para filosof dan teolog sering membahas tentang arti baik dan buruk, serta tentang pencipta kelakuan tersebut, yakni apakah kelakuan itu merupakan hasil pilihan atau perbuatan manusia sendiri, ataukah berada di luar kemampuannya?

Tulisan ini tidak akan mengarungi samudera pemikiran yang dalam lagi sering menenggelamkan itu, namun kita dapat berkata bahwa secara nyata terlihat dan sekaligus kita akui bahwa terdapat manusia yang berkelakuan baik, dan juga sebaliknya. Ini berarti bahwa manusia memiliki kedua potensi tersebut. Terdapat sekian banyak ayat Al-Quran yang dipahami menguraikan hal hakikat ini, antara lain:

Maka Kami telah memberi petunjuk (kepada)-nya (manusia) dua jalan mendaki (baik dan buruk) (QS Al-Balad [90]: ayat 10).

...dan (demi) jiwa serta penyempurnaaaan ciptaannya, maka Allah mengilhami (jiwa manusia) kedurhakaan dan ketakwaan (QS Asy-Syams [91]: ayat 7-8).

Walaupun kedua potensi ini terdapat dalam diri manusia, namun ditemukan isyarat-isyarat dalam Al-Quran bahwa kebajikan lebih dahulu menghiasi diri manusia daripada kejahatan, dan bahwa manusia pada dasarnya cenderung kepada kebajikan.

Al-Quran surat Thaha (20): 121 menguraikan bahwa Iblis menggoda Adam sehingga, ... durhakalah Adam kepada Tuhannya dan sesatlah ia.
Redaksi ini menunjukkan bahwa sebelum digoda oleh Iblis, Adam tidak durhaka, dalam arti, tidak melakukan sesuatu yang buruk, dan bahwa akibat godaan itu, ia menjadi tersesat. Walaupun kemudian Adam bertobat kepada Tuhan, sehingga ia kembali lagi pada kesuciannya.

Kecenderungan manusia kepada kebaikan terbukti dari persamaan konsep-konsep pokok moral pada setiap peradaban dan zaman. Perbedaan --jika terjadi-- terletak pada bentuk, penerapan, atau pengertian yang tidak sempurna terhadap konsep-konsep moral, yang disebut ma'ruf dalam bahasa Al-Quran. Tidak ada peradaban yang menganggap baik kebohongan, penipuan, atau keangkuhan. Pun tidak ada manusia yang menilai bahwa penghormatan kepada kedua orang-tua adalah buruk. Tetapi, bagaimana seharusnya bentuk penghormatan itu? Boleh jadi cara penghormatan kepada keduanya berbeda-beda antara satu masyarakat pada generasi tertentu dengan masyarakat pada generasi yang lain. Perbedaan-perbedaan itu selama dinilai baik oleh masyarakat dan masih dalam kerangka prinsip umum, maka ia tetap dinilai baik (ma'ruf).

Seorang sahabat Nabi saw bernama Wabishah bin Ma'bad berkunjung kepada Nabi saw, lalu beliau menyapanya dengan bersabda: "Engkau datang menanyakan kebaikan?" "Benar, wahai Rasul," jawab Wabishah. "Tanyailah hatimu! "Kebajikan adalah sesuatu yang tenang terhadap jiwa, dan yang tenteram terhadap hati, sedangkan dosa adalah yang mengacaukan hati dan membimbangkan dada, walaupun setelah orang memberimu fatwa." (HR Ahmad dan Ad-Darimi).

Dengan demikian menjadi amat wajar jika ditemukan ayat-ayat Al-Quran yang mengisyaratkan bahwa manusia pada hakikatnya --setidaknya pada awal masa perkembangan-- tidak akan sulit melakukan kebajikan, berbeda halnya dengan melakukan keburukan.

Salah satu frase dalam surat Al-Baqarah ayat 286 menyatakan, untuk manusia ganjaran bagi perbuatan baik yang dilakukannya dan sanksi bagi perbuatan (buruk) yang dilakukannya.
Oleh beberapa ulama, frase ini kerap dijadikan sebagai bukti apa yang disebut di atas. Dalam terjemahan di atas terlihat bahwa kalimat "yang dilakukan" terulang dua kali: yang pertama adalah terjemahan dari kata kasabat dan kedua terjemahan dan kata iktasabat.

Syaikh Muhammad Abduh dalam tafsir Al-Manar menyatakan kata iktasabat, dan semua kata yang berpatron demikian, memberi arti adanya semacam upaya sungguh-sungguh dari pelakunya, berbeda dengan kasabat yang berarti dilakukan dengan mudah tanpa pemaksaan. Dalam ayat di atas, perbuatan-perbuatan manusia yang buruk dinyatakan dengan iktasabat, sedangkan perbuatan yang baik dengan kasabat. Ini menandakan bahwa fitrah manusia pada dasarnya cenderung kepada kebaikan, sehingga dapat melakukan kebaikan dengan mudah. Berbeda halnya dengan keburukan yang harus dilakukannya dengan susah payah dan keterpaksaan (ini tentu pada saat fitrah manusia masih berada dalam kesuciannya).

Potensi yang dimiliki manusia untuk melakukan kebaikan dan keburukan, serta kecenderungannya yang mendasar kepada kebaikan, seharusnya mengantarkan manusia memperkenankan perintah Allah (agama-Nya) yang dinyatakan-Nya sesuai dengan fithrah (asal kejadian manusia). Dalam Al-Quran surat Ar-Rum (30): 30 dinyatakan,

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah). Itulah fithrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fithrah itu. ( Ar-Rum (30): 30)

Di sisi lain, karena kebajikan merupakan pilihan dasar manusia, kelak di hari kemudian pada saat pertanggungjawaban, sang manusia dihadapkan kepada dirinya sendiri:

Bacalah kitab amalmu (catatan perbuatanmu); cukuplah engkau sendiri yang melakukan perhitungan atas dirimu (QS Al-Isra' [17]: 14).

Umroh Bersama KBIH Al Mujahidin

KBIH Al Mujahidin menyelenggarakan Haji Dan Umroh Tahun 2014

Perjalan Umroh Reguler KBIH Al Mujahidin :

Rencana Perjalan
Umroh Reguler tanggal 10-18 Maret, Pesawat Emirate
Hari Ke-1 : Jakarta-Dubai-Jeddah-Madinah (10 Maret 14)
  • 3 jam sebelu keberangkatan sudah di Bandara Sukarno Hata, Cengkareng
  • Dengan EK369 pukul 07.45 Wib Terbang Menuju dubai, tiba pukul 03.20 waktu setempat.
  • Dengan EK369 pukul 16.30 Wib Terbang Menuju Jedah, Tiba di Jedah pukul 18.30 WSA.
  • Setelah Proses Bagasi Dan Imigrasi di Bandara Jedah, Menuju Madinah dengan menggunakan Bis.
Hari Ke-2 : Madinah ( 11 Mar '14)
  • Ziarah Ke makam Rasul, Raudhah Dan Maqom Bagi
Hari Ke-3 : Madinah ( 12 Mar '14)
  •  Ziarah Masjid kuba, Pasar Kurma, Jabal Ukud, Dan Masjid Qiblatain.Hari Ke-3 : Madinah ( 12 Mar '14) 
Hari Ke-4 : Madinah ( 13 Mar '14)
  •  Menuju ke Makkah, singgah  di Masjid Bir Ali untuk miqot dan Niat Umroh
  • Tiba di Makkah melaksanakan Umroh Wajib (Towab, Sai dan Tahallul)
Hari Ke-5 : Madinah ( 14 Mar '14)
  •  Memper Banyak Ibadah Di Masjidil Haram
Hari Ke-6 : Madinah ( 15 Mar '14)
  • Ziarah Jabal Tsur, Padang Arafah, Jabal Rahmah, Mudzalifah, dan Mina.
  •  Umroh Kedua (umroh sunnah) dengan Mikot dan Niat di Masjid Ji'ronah
Hari Ke-7 : Madinah ( 16 Mar '14)
  •  Memper Banyak Ibadah Di Masjidil Haram
Hari Ke-8 : Madinah ( 17 Mar '14)
  •  Towab Wada melanjudkan ke perjalanan ke Jedah
  • City Tour : Balad, Laut Merah, dan Masjid Terapung

Hari Ke-9 : Jeddah-Dubai-Jakarta (18 Maret 14)
  • Sudah berada di Bandara Jedah 3 jam sebelu keberangkatan ke Jakart.
  • Dengan EK802 pukul 05.40 WSA Terbang Menuju dubai, tiba pukul 09.30 waktu setempat.
  • Dengan EK358 pukul 10.45 WSA Terbang Menuju Tanah Air, Tiba Jakarta Insyaallah pukul 21.55 Wib
  • Semoga haji Bapak/Ibu Maqbul dan Mabrur. Amin
Biaya Umroh Reguler :
  1. Double 2,050 USD
  2. Triple 1,950 USD
  3. Quad 1,900 USD 
* Nota : Harga di atas belum termasuk airport Tax Dan Perlengkapan Rp 950.000,-

Hubungi Aulia Advertising Telp 0813 8468 1151

Mewujudkan Impian dengan Jurus Motisakti, dan Kunci Utamanya adalah TAWAKAL



Referensi artikel ini adalah buku berjudul “MOTISAKTI, motivasi yang bikin kamu sakti” ditulis oleh Zen el-Fuad, Motivator Sinergi Semesta. Di depan buku itu tertulis kata-kata bijak begini :  “Tetaplah bergerak, sebab di balik frustasi ada prestasi, dan di balik masalah ada solusi. Biarkan kakimu melangkah menuju kesuksesan hakiki”.

Untuk mewujudkan impian kita, terdapat rumus/formula dari Jurus Motisakti seperti di bawah ini.

H = (I x P x K)^T
H = Hasil (Terwujudnya Impian, Tercapainya yg diimpikan)
I = Impian
P = Pedoman
K = Kemampuan
T = Tawakal
tanda ^ = pangkat
tanda x = kali

Hasil (Terwujudnya Impian)
Kita semua tentunya ingin agar setiap impian kita dapat terwujud. Dengan kata lain, kita ingin agar kualitas nilai H (Terwujudnya Impian) kita setinggi mungkin.
Dari rumus di atas menunjukkan bahwa terwujudnya impian kita sangat bergantung dari 4 hal, yaitu : Bagaimana kualitas nilai Impian, Pedoman, Kemampuan, dan Tawakal kita.  Seberapa besar nilai I, P, K, dan T kita.

Misalkan :
Nilai I, P, T kita bagus, tapi K kita nol, tentu saja hasilnya akan nol.
Nilai I, P, K kita bagus, tapi T (Tawakal) kita kecil sekali, maka Hasilnya (H) tentu akan kecil.

IMPIAN (I)
Impian yang baik (kualitas nilainya tinggi) adalah impian yang jelas dan fokus, bernuansa dunia dan akherat, serta memberikan banyak manfaat bagi sebanyak mungkin orang (otomatis diri sendiri akan terkait didalamnya).

PEDOMAN (P)
Pedoman artinya “PEMAHAMAN KITA” tentang makna dan ikhtiar kesuksesan (usaha untuk sukses), maksudnya pemahaman kita tentang bagaimana dapat sukses dengan jalan yang benar.
Jadi pedoman adalah apa pun yang kita fahami dan yakini, dan apa pun yang ada dalam logika pikiran bawah sadar kita.

Nilai Pedoman yang maksimal dapat kita raih melalui pembelajaran hidup, misalnya melalui keluarga, pengalaman-pengalaman kita, lingkungan kita, orang-orang di sekitar kita, Al-Qur’an, as-Sunnah, sirah, juga buku-buku atau referensi yang berkualitas.
Semakin tinggi pemahaman kita, maka kualitas nilai P akan semakin tinggi, tentu saja H juga semakin tinggi.

KEMAMPUAN (K)
Kemampuan berbeda dengan Pedoman.
Jika pedoman bernuansa TEORI dan keilmuan, sedangkan kemampuan bernuansa AKSI dan pengalaman.

Kemampuan bermakna sudah sejauh mana kita memperjuangkan  pedoman yang kita yakini tersebut.  Maksudnya sudah sejauh mana kita melaksanakan, mengamalkan, menerapkan semua teori dan ilmu yang kita fahami dan yakini tsb.
Jadi Kemampuan adalah apa pun yang sudah kita KERJAKAN berdasarkan keyakinan kita (pedoman kita).

Untuk meningkatkan kemampuan kita, maka kita harus selalu beraksi (praktek) dan menambah skill, menambah pengetahuan, pemahaman dan keyakinan kita melalui berbagai pedoman kehidupan yang benar.

TAWAKAL (T)
Tawakal artinya menyerahkan semuanya kepada Allah.
Bertawakal yang baik tidak hanya diekspresikan setelah kita berusaha, tetapi meliputi keseluruhannya baik ketika AKAN, SEDANG, maupun SETELAH berusaha.

Allah berfirman  : 
“ . . . . .  apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya” : Q.S. Ali 'Imran [3] ayat 159.

 “Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. . . .” : Q.S. Ath-Talaq [65] ayat 3.

Jadi, yang namanya tawakal itu sudah dimulai sejak kita membulatkan tekad, yaitu sejak kita menetapkan impian-impian kita. Dan senantiasa bertawakal ketika kita sedang berusaha mengejar impian-impian itu, maupun setelah berusaha.

AKHIRNYA ….

Mohon diperhatikan rumus di atas dengan khidmat.

Ketika sebuah angka dikalikan dengan nol, maka hasilnya akan sama dengan nol. Artinya, walaupun kita memiliki impian yang bernilai tinggi, lalu diiringi oleh pedoman yang sangat hebat dan Islami. Tapi jika aksinya nol besar, maka hasilnya (nilai H) akan sama dengan nol, berarti impian tidak terwujud.

Kemudian, walaupun nilai  I, P, K baik, namun kita tidak “memangkatkannya” dengan nilai tawakal (T) yang tinggi, maka hasilnya tidak signifikan. Misalnya saja T=0, maka sebesar apa pun nilai I, P, K kita, maka hasilnya hanya 1.

Apalagi, jika nilai tawakal kita minus, maka hasilnya tidak akan pernah lebih dari 1, bahkan mendekati nol.
Nilai tawakal seseorang bisa menjadi minus, jika dia sudah menjadi pribadi yang sombong dan syirik. Karena dengan begitu dia telah salah dalam menggantungkan impian, pedoman dan kemampuannya pada sesuatu yang lain. Na’udzu billahi min dzalik.

Namun, jika kita memiliki I, P, K, dan T yang bernilai positif, kita akan mendapatkan hasil positif pula. Semakin besar nilai I, P, K kita ditambah dengan nilai T yang lebih besar, maka hasilnya akan luar biasa.

Perlu diingat bahwa kita akan sangat sulit bertawakal, jika I, P, K kia tidak maksimal. Sehingga , untuk mendapatkan hasil yang luar biasa, kita harus berusaha keras memaksimalkan IMPIAN, PEDOMAN, dan KEMAMPUAN kita, serta memangkatkannya dengan tawakal kepada Allah. Dengan begitu, yakinlah hasilnya akan luar biasa.

Allah berfirman  : 
Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal”. Q.S. Ali 'Imran [3] ayat 160.

Semua tulisan di atas ini, jika kita fahami dengan benar, maka akan meningkatkan pengetahuan kita berarti meningkatkan pedoman (P) kita. Namun perlu diingat, kata-kata bijak berikut ini :

“Sejuta teori akan tumbang oleh satu aksi, maka selaraskanlah antara teori dan aksi”.

Jadi marilah kita ber-“aksi”, yaitu berbuat, berusaha keras untuk melakukannya,  tidak sekadar faham dan berteori.

Semoga bermanfaat.

Sabtu, 01 Februari 2014

Neoliberalisme dan Islam

Neoliberalisme dan Islam
Belakangan ini kata neolibelarisme kembali menjadi bahan pembicaraan publik terutama sejak SBY menetapkan Boediono sebagai pasangannya dalam pemilihan presiden untuk periode 2009-2014 yang akan datang karena Boediono dianggap selama ini sebagai penganut faham neoliberal. Tak urung faham tersebut menjadi alat untuk melemahkan posisi lawan politik dan mendikotomikannya dengan faham kerakyatan yang usung oleh ketiga pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden.

Publik mempersoalkannya seolah-olah neoliberalisme itu barang haram dan kerakyatan itu barang halal sehingga yang pertama harus dijauhi sepenuhnya dan yang terakhir harus diikuti sepenuhnya tanpa lebih dahulu mengetahui dan memahami apa dan bagaimana isi keduanya. Tulisan ini terutama mengulas faham neoliberal yang menjadi bahan perdebatan publik diberbagai media cetak dan elektronik seperti milis dan bagaimana Islam mensikapinya.

Konsensus Washington

Washington Consensus pada awalnya diperkenalkan oleh John Williamson yang menggagas sepuluh butir kebijakan ekonomi sebagai resep standar yang disepakati oleh Bank Dunia, Dana Moneter Internasional dan Departemen Keuangan Amerika, yang ketiganya bermarkas di Washington, untuk negara-negara berkembang di Amerika Latin yang mengalami krisis ekonomi pada waktu itu. Kesepuluh butir kebijakan ekonomi tersebut yaitu*): 1). Defisit anggaran untuk menjaga stabilitas harga dan ekonomi makro sebagai prasyarat pertumbuhan ekonomi. 2). Realokasi pembelanjaan pemerintah dari sektor-sektor yang kurang ekonomis ke sektor-sektor yang memiliki potensi meningkatan distribusi pendapatan seperti kesehatan, pendidikan dan infrastruktur. 3). Reformasi perpajakan untuk memperluas obyek pajak. 4). Liberalisasi sektor keuangan dengan suku bunga yang ditentukan oleh pasar. 5). Penyatuan nilai tukar mata uang pada tingkat yang kompetitif untuk mempercepat pertumbuhan ekspor. 6). Pembatasan perdagangan secara kuantitatif diganti dengan penetapan tarif. 7). Menghapus berbagai hambatan bagi masuknya penanaman modal langsung. 8). Privatisasi perusahaan-perusahaan milik negara. 9). Penghapusan berbagai peraturan yang membatasi masuknya pemain baru atau tingkat persaingan. 10). Sistem hukum harus menjamin hak-hak kepemilikan dan berlaku bagi sektor informal.

Dari kesepuluh butir kebijakan ekonomi tersebut, yang paling mendekati faham neoliberal menurut penggagasnya, John Williamson, adalah butir tentang privatisasi perusahaan-perusahaan milik negara, dengan tujuan terutama untuk meningkatkan efisiensi dan profitabilitas perusahaan tersebut. Menurutnya, penolakan terhadap privatisasi tersebut lebih disebabkan oleh prosesnya yang korup dan hak monopoli yg masih dinikmati oleh perusahaan hasil privatisasi sementara regulasi yang ada tidak memadai untuk melakukan kontrol terhadap keduanya.

Neoliberalisme adalah faham ekonomi yang muncul dipenghujung abad ke 20 dan pada dasarnya merupakan kelanjutan dari faham liberal tetapi dengan pengaruh teori ekonomi neoklasik. Faham liberal yang mendominasi negara-negara didunia sejak akhir perang dunia II sampai dengan tahun 1970an, berpendapat perlunya suatu perencanaan ekonomi yang dapat menghindari terulangnya kembali depresi besar pada tahun 1930an, yaitu dengan mengatur perdagangan bebas berdasarkan nilai tukar tetap yang ditentukan oleh pemerintah dan mata uang dollar AS sebagai patokannya yang dapat ditukar dengan emas pada harga tetap. Faham ini beranggapan bahwa kesejahteraan ekonomi akan dicapai dengan menerapkan sistem pasar bebas tetapi dengan campur tangan pemerintah dan memberikan ruang gerak sangat besar bagi para memilik modal sebagai penggerak utama ekonomi. Faham liberal ternyata menghasilkan akumulasi kapital dari pemilik modal, meningkatkan pengangguran dan inflasi yang berkepanjangan dan akhirnya kolap. Faham ini kemudian diperbaiki dan diganti dengan neoliberalisme.

Ditengah tengah hiruk pikuknya perdebatan tentang faham neoliberal dan kerakyatan dalam rangka Pilpres 2009-2014, seorang tokoh ekonomi islam yang sehari-hari biasa dipanggil “Bang Adi”, tiba-tiba muncul dengan tulisannya yang selalu menyegarkan dan menggelitik yaitu tentang Ekonomi Pancasila yang dikaitkan dengan maqasid syariahnya Imam al Syathibi. Tak urung tulisannya tersebut juga menuai berbagai tanggapan positif, negatif atau sinis, setidak-tidaknya dari milis ekonomi-syariah yang rutin saya ikuti. Sayapun tertarik untuk menanggapinya dengan tulisan ini dan sekaligus melanjutkan tulisan saya pada edisi sebelumnya tentang Neoliberalisme dan Islam.

Satu hal yang sering saya katakan dalam berbagai kesempatan adalah bahwa kita sering terjebak dalam pembicaraan yang hanya menyentuh kulit dan sedikit atau tidak utuh menyentuh isi sehingga yang terjadi adalah debat kusir dan membuat persoalan semakin tidak jelas serta membingungkan. Hal inipun terjadi dengan perbincangan tentang faham neoliberal dan kerakyatan karena keduanya saling dipertentangkan, padahal diantara keduanya memiliki berbagai nilai yang sebenarnya dapat saling melengkapi untuk mewujudkan keadilan dan kesejahteraan rakyat. Dengan demikian, pendekatan yang kita gunakan bukanlah mempertentangkan tetapi mencari titik temu kedua faham tersebut sebagaimana yang sekarang sedang dijual oleh SBY dengan istilah “ekonomi pertengahan” untuk memenangkan kampanye Pilpres saat ini. Perlu diingat bahwa islam adalah agama pertengahan dan ekonomi islam adalah ekonomi keseimbangan, yang notabene artinya adalah pertengahan pula.


Neoliberalisme

Faham neoliberal bermula dari faham liberal yang dipromosikan oleh Adam Smith dalam bukunya “The Wealth of Nations” pada tahun 1776. Beliau berpendapat bahwa kebebasan dalam produksi dan perdagangan tanpa campur tangan pemerintah merupakan cara terbaik untuk membangun ekonomi suatu Negara. Kebebasan tersebut pada akhirnya menimbulkan dampak pada kebebasan berusaha dan bersaing bagi pemilik modal untuk mendapatkan keuntungan finansial sebesar-besarnya. Pada awalnya ekonomi liberal berjalan baik di Amerika antara tahun 1800 an dan awal 1900 an, sampai timbulnya depresi besar (Great Depression) pada tahun 1930 an yang mengakibatkan terjadinya pengangguran secara masif. Adalah John Maynard Keynes yang kemudian mengkritik faham liberal sebagai kebijakan terbaik untuk kapitalis. Keynes mengatakan bahwa untuk menjamin pertumbuhan ekonomi diperlukan lapangan kerja secara penuh (full employment) dan untuk itu diperlukan campur tangan pemerintah dan bank sentral untuk menstabilkan dan mengoreksi ekonomi pasar yang bebas dalam rangka menciptakan lapangan kerja tersebut. Pemikirannya tersebut diterima oleh Presiden Roosevelt dan mampu memperbaiki kehidupan rakyat Amerika pada waktu itu. Periode campur tangan pemerintah tersebut berlangsung antara 1950 an dan 1960 an dengan menghasilkan perbaikan pada kondisi ekonomi Amerika seperti tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan penyebaran pertumbuhan ekonomi relatif merata sementara tingkat inflasi dapat dikendalikan. Masa keemasan tersebut berakhir pada awal tahun 1970 an setelah terjadi penumpukan modal pada segolongan kapitalis, meningkatnya pengangguran dan berbagai permasalahan yang timbul pada anggaran belanja Negara. Dari sinilah kemudian muncul faham neoliberalisme.

Oleh Rizqullah
www.niriah.com